Kamis, 03 November 2011

gigi

Keberadaan salah satu organ cerna ini bukanlah tanpa maksud. Ternyata gigi
mencerminkan jenis makanan yg ideal dikonsumsi oleh mahluk hidup tersebut.
Sebagai contoh gigi hewan karnivora (pemakan daging) semuanya tajam seperti
taring, gigi seperti ini sangat cocok untuk merobek daging dari mangsanya.
Sebaliknya gigi hewan herbivora memiliki gigi seperti gigi seri berbentuk
kotak, tipis dan cocok untuk menggigit tumbuhan. Mereka juga memiliki
geraham untuk mengunyah tumbuhan yg telah digigit.
Menghitung gigi mahluk hidup untuk mengetahui makanan yang paling cocok
untuknya memang terdengar aneh. Tapi sebenarnya teori ini bukanlah hal yang
baru. Pada masa lalu banyak juga yang menekankan bahwa ada hubungan yg
mendasar antara jenis-jenis gigi dengan jenis makanan yang ideal.
Bagaimana dengan manusia? Manusia dewasa memiliki 32 buah gigi (termasuk
gigi geraham bungsu) pembagiannya adalah sebagai berikut :
2 pasang gigi seri di atas dan di bawah
1 pasang gigi taring atas dan bawahserta 5 pasang gigi geraham atas dan
bawah.
Dengan demikian pada manusia rasionya adalah 1 gigi taring banding 2 gigi
seri banding 5 gigi geraham : 1 gigi taring untuk menyantap daging dan 2
gigi seri ditambah 5 gigi geraham dengan total 7 gigi untuk menyantap
makanan nabati.
Jika menerapkan perbandingan antara tumbuha-tumbuhan dan dagingini hasilnya
adalah rasio 7 banding 1. Nah dari perbandingan inilah diperoleh teori bahwa
makan yang ideal untuk manusia adalah 85% makanan nabati dan 15 % makanan
hewani. Anda mungkin menganggap porsi nabati terlalu besar tapi mari kita
bandingkan dengan simpanse hewan yg menurut penelitian gennya paling mirip
dengan gen manusia (98,7% sama). Makanan simpanse terdiri dari 95,6% nabati.
Pembagiannya adalah 50% buah-buahan, 45,6% kacang-kacangan, kentang,
umbi-umbian dan sisanya 4,5% dari makanan hewani itu adalah dari serangga,
seperti semut dll.
Dr Hiromi shinya, MD dari jepang mengatakan " saya pernah memeriksa
organ-organ pencernaan simpanse dengan menggunakan endoscopy, tetapi
organ-organ pencernaan mereka begitu serupa dengan organ-organ manusia
sehingga dengan hanya melihat saja saya tidak dapat membedakan apakah itu
milik manusia ataukah milik simpanse. Daan yang paling mengejutkan saya
adalah betapa bersih ciri-ciri dan karakteristik lambung dan usus mereka
dibandingkan manusia. Hal ini tentunya dikarenakan simpanse lebih baik dalam
memilih makanan yg cocok bagi mereka sesuai dengan naluri yg telah
dianugerahkan oleh yg maha kuasa kepadanya. Berbeda halnya dengan manusia yg
telah mengalami evolusi terutama dalam hal makanan telah mengalami evolusi
yg sangat drastis sehingga tidak heran hal ini pada akhirnya juga
mempengaruhi kesehatan mereka secara keseluruhan. Sebagaimnan para ahli
nutrisi senantiasa katakan You are what you eat (kesehatanmu secara umum
sangat tergantung apa yg kamu konsumsi). Sebagai kesimpulan saya percaya
bahwa penting bagi kita manusia untuk belajar dari alam dan dengan
merendahkan diri kembali pada prinsip-prinsip dasar makanan.

Pengobatan Holistik memiliki perbedaan paradigma dengan pengobatan medis.
Diantaranya:

Pengobatan medis mengharuskan keakuratan diagnosis.

Sedangkan Dalam pengobatan holistik dengan mengenali kelemahan organ.
Sebagai contoh, dengan iridologi dapat diketahui ada kelemahan organ paru2,
tapi tidak bisa mendetilkan apakah penyakitnya broncho pneumenia atau TBC
atau yang lainnya. Uniknya, terapi holistik yg dilakukan hampir sama saja
untuk penyakit2 paru2 tersebut, karena yg dilakukaan adalah detoksifikasi,
mengembalikan imunitas tubuh, menghilangkan sumbatan energy, menyeimbangkan
unsur tubuh. Dan bukan membunuh bakteri atau virus.

Dalam pengobatan holistik, penyakit2 spt asam urat, diabetes, asma adalah
symptom, dan harus dicari sebab holistiknya. Sebagai contoh dalam PSC
kemarin, ada seorang ibu yang menderita asma bertahun2 dan hampir setiap
bulan masuk UGD karena anfal asmanya. Alhamdulillah sejak Mei 2010, sudah 8
bulan asmanya tidak pernah kambuh lagi setelah dilakukan terapy Colon
Cleansing CCP. Demikian juga Alhamdulillah puluhan pasien asam urat berhasil
sembuh total tidak kambuh lagi setelah melalui terapy detoksifikasi.
Sebagaimana juga seorang ibu yg lumpuh 10 tahun berhasil pulih seperti
sediakala setelah dilakukan Spiritual Healing untuk menghilangkan traumanya.

Biasanya seorang berbackground medis akan kesulitan menterapy secara
holistik karena:
1. Sangat khawatir dengan dosis,
2. Masih dengan pendekatan membasmi bakteri virus infeksi dengan obat
3. Terpaku pada pola diagnosis medis, yg seharusnya melakukan diagnosis
secara holistik

Medis maupun holistik adalah pola pendekatan. Keduanya disiplin ilmu yg
benar (Ilmu Allah). Hanya saja kita tidak bisa menterapy secara holistik
jika tidak menyelami sepenuhnya paradigma holistik.(agung yulianto-PJS HPA)

Tidak ada komentar: